Rabu, 22 November 2017

Anak Bekasi Harus Menjadi Besar Di Rumah Sendiri

Kebijakan kabupaten Bekasi di setir oleh pihak yang menjadi elemen penentu. Minimalnya ada dua elemen. Pemerintahan yang dipimpin BUPATI dan Legislatif. Anda, saya, dan rekan-rekan semua tentu berharap mendambakan Kabupaten Bekasi sebagai tempat kita LAHIR bisa di banggakan. Dan kita menjadi bagian yang berperan di dalamnya. Tapi tak semudah itu.

Ada penyakit yang harus kita waspadai dan menjadi cambuk manakala proses pemilu bergumul dengan money politik. Dan ini bukan isapan jempol belaka. Maka yang akan terjadi dilapangan diantaranya adalah :
Pertama :
Politisi pemenang akan berpikir bagaimana investasi dana untuk pemenangan kemarin harus segera kembali. Dan sumber uang yang logis adalah mendatangkan investro-investor swasta untuk berinvestasi di Kab Bekasi. Dari sini banyak potensi yang bisa di olah dari berbagai sisi. Dan Akan berbahaya sekali jika potensi ini dimanfaatkan untuk menjadi lahan balik modal. Dengan menggunakan jurus-jurus sakti yang tak tertangkap radar apalagi oleh rakyat yang awam lapangan dan awam politik mereka akan memainkan peran dengan jabatan dan kekuasaan yang mereka miliki.

Yang paling riskan terjadi adalah di dinas perijinan. Ini sangat rentan terjadi proses-proses yang tidak sehat. Banyak Bupati dan pejabat yang berakhir di jeruji besi, di penjara, gara-gara melakukan proses perijinan yang tidak sehat.

Tanah. banyak indutsri maka menggenjot penjualan tanah yang luar biasa. Apalagi harganya sangat menggiurkan. Bila tanah sudah di kuasai swasta maka rakyat biasa tidak mungkin bisa keluar masuk ke wilayah itu seenaknya karena pasti ada penjaga-penjaga yang mengawal pintu gerbang keluar masuk. Beberapa mungkin melarangnya masuk. Beberapa mungkin bisa masuk hanya saja dengan tiket bayar.

Banyak hal lagi yang perlu dikritisi. Entah hanya kritik dari opini maupun atas fakta yang ada sepertinya sangat perlu. Karena akan terbuka ketajaman penglihatan terhadap kejadian yang sedang berlangsung.

Kedua. Adanya industri-industri maka akan banyak peluang yang bisa diincar dan dijadikan potensi usaha. Disini akan terjadi perebutan peluang. Potensi menjadi mediator tenaga kerja. Potensi perebutan limbah. Potensi proyek-proyek konstruksi. Potensi proyek-proyek pemeliharaan. Dll. Dan tidak banyak yang bisa memiliki akses untuk mendapatkan peluang itu. Maka hanya segelintir saja dan itu-itu saja yang mendapatkannya.

Termasuk salah satu oknum kepala desa juga ikut bermain di dalamnya. Untuk mendapat rekomendasi SPK limbah 4 perusahaan saja, itu pun belum jadi bangunanya baru cut and fill, sudah mengeluarkan 1 mobil Jazz. Seorang pengusaha harus merelakannya mau tidak mau, anggap saja bagian dari investasi. Kalau tidak maka sangat mudah kades memberikan rekomendasi kepada perusahaan lain. 

Ini sungguh permainan besar. Permainan tak sehat. Dan tentu saja tidak mudah untuk menghilangkannya. Semakin besar kue yang ada semakin kencang perebutannya dan MUNGKIN akan semakin besar pula financial dan kue-kue dalam proses pengkondisiannya.

Maka langkah pertama kita ada pada pemilu. Orang-orang politik mempengaruhi kebijakan dan jalannya pemerintahan. Sebelum pemilu mereka pasti berharap dirinya ingin di pilih. Mereka akan mengejar-ngejar kita sebagai calon pemilih mereka. Tapi lihat dan perhatikan saat mereka jadi. Kita yang kebetulan butuh harus berbalik. Kita harus mengejar-ngejar mereka. Itupun hanya sebatas agar mereka mewujudkan janji-janjinya. Diantara mereka bahkan licinnya bukan main. Sekali ketemu hanya memberikan kata-kata yang menghibur dan ambigu. "Baik nanti akan kita pikirkan. Baik nanti akan kita canangkan. Baik...baik..baik." Beginilah omongan politik mereka. Pikirkan, canangkan. Dan buktinya.....gubrak. Syukur kalau diantara politisi ada yang bisa menjadi harapan masyarakat. Semoga saja karirknya melejit.

Maka CARA TAKTIK dan STRATEGI KITA harus dipikirkan sejak sekarang.
Beberapa mungkin bisa menjadi langkah kita. Kita harus menyatukan diri dalam komunitas dalam satu suara. Entah kepada siapa nanti di arahkan ini lain hal. Kita harus membangun suara kita sendiri, untuk kekuatan kita sendiri, untuk membuat pelrindungan kita sendiri. Memang tidak langsung dirasakan tapi dampaknya besar dan jangka panjang. 

Komunitas yang tidak KUD (Ketua Untung Duluan), dalam berjuang anggota jadi terdepan, setelah berhasil ketua JAYA duluan. Bahkan jaya terus dan anggota kembali ke menggarap sawah, pulang dengan membawa kepedihan karena harapan perubahan tak kunjung datang kecuali sekedar uang kecil saat diminta untuk kumpul. Ini harus menjadi bahan pemikiran serius jangan sampai keberanian dan tenaga kita hanya menjadi alat dan tameng unjuk kekuatan pihak-pihak tertentu. 

Berhimpun meski 10 atau 20 orang perlahan tapi pasti akan menjadi kekuatan yang bisa menggoyahkan para politisi yang hanya akan memanfaatkan suara kita demi ego dan rencana mereka sendiri. Maka kita juga harus punya rencana. Mari jadilah sapu dan bukan lidi yang mudah di patahkan.

Umur ada batasnya, jabatan ada batasnya. Politisi hanya berumur 5 tahun itu pun kalau tidak tidak bernasib malang tertangkap kasus korupsi. Bila muluspun maka harus dipilih lagi di pemilu. Ini yang membuat kita tidak perlu takut dengan mereka.

Ini memang aneh. Kita menjadi takut mengingatkan atau mengkritik kepada orang yang dulu butuh suara kita. Tiba-tiba mereka malah menjadi lawan bukan jadi wakil. Mereka menjadi lupa oleh siapa dia bisa meraih jabatan. Tiba-tiba ia dengan piawainya dalam memperkaya diri. "Kan saya sudah gelontorkan APBD." Ini mungkin alasan mereka. Itu mah APBD, siapapun, meski bukan mereka, APBD akan tetap disalurkan. Maka jangan dinonabobokan oleh APBD yang mereka jual dengan kalimat-kalimat seakan-akan bentuk kepedulian dari mereka. APBD adalah hak rakyat. Uang rakyat kembali kerakyat janglah dijual dengan dalih kepedulian supaya rakyat bersimpatik lalu pemilu mendatang dipilih lagi.

Dalam beropini kita harus berhati-hati juga jangan sampai menjadi fitnah. Asal kita tak sebut nama tentu ini tak masalah.

Kalau fakta, ini terserah anda. Tapi bila mungkin tak kuat manakala ada yang berbuat menekan saat menshow up fakta itu, tunggulah sampai ada teman dan pasukan lain yang menjadi pahlawan-pahlawan kebenaran yang bisa mengokohkan kekuatan.

Silahkan Share tulisan ini.

Apa ada cara lain? Silahkan kita diskusi.

Penulis :
Sunaryo Saripudin S.Pd.,
Founder JSMI Network-JSMI Solid

Bangun koneksi dan sinergi kamu sekarang
Klik disini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar